Serangan Siber China Ancam Infrastruktur Telekomunikasi AS, Data Kampanye Trump Jadi Target



photo

Washington, 26 Oktober 2024 - Ketegangan siber antara Amerika Serikat dan China kembali memanas

Pada Jumat malam (25/10) waktu setempat, FBI dan CISA telah mengkonfirmasi adanya serangan siber terhadap infrastruktur telekomunikasi komersial AS yang diduga dilakukan oleh aktor yang berafiliasi dengan pemerintah China, seperti dilansir dari VOA Indonesia

"Penyelidikan sedang berlangsung, dan kami mendorong organisasi manapun yang yakin mereka mungkin menjadi korban, untuk melibatkan kantor lapangan FBI setempat atau CISA," ungkap badan-badan tersebut dalam suatu pernyataan

Serangan ini menimbulkan kekhawatiran serius karena data kampanye presiden mantan Presiden Donald Trump pada tahun 2024 menjadi salah satu target utama

Sementara itu kedubes China di AS, membantah keras tuduhan tersebut dengan mengatakan bahwa hal itu merupakan disinformasi dan balik menuding AS sebagai biang kerok alias pelaku terbesar serangan siber

"Selama beberapa waktu, AS telah mengumpulkan dan menyebarkan segala macam disinformasi tentang apa yang disebut ancaman peretasan China. Posisi China konsisten dan jelas, China dengan tegas menentang dan memerangi serangan siber dan pencurian siber dalam segala bentuk," jelas Liu Pengyu, jubir kedubes China untuk AS

Kabar peretasan oleh China pertama kali dilaporkan oleh New York Times kemarin, dimana dalam laporannya harian terkemuka di AS tersebut mengatakan peretas China diperkirakan telah membobol jaringan telekomunikasi untuk menargetkan kampanye Donald Trump

Sementara itu tim kampanye Trump membenarkan adanya peretasan itu dan menyalahkan capres Demokrat Kamala Harris karena membiarkan hal itu terjadi

"Retorika mereka yang berbahaya dan penuh kekerasan telah memberikan izin kepada pihak-pihak yang ingin menyakiti presiden Trump," kata Steven Cheung, direktur komunikasi kampanye Trump. Sejauh ini,belum ada tanggapan dari kubu Kamala Harris terkait tuduhan tersebut

Badan-badan inteljen AS seperti FBI sebenarnya telah berbulan-bulan memperingatkan akan potensi serangan siber dengan menarget pemilu AS pada 5 November mendatang